
Ketapang, Lensajurnalis.com Perjalanan sejarah Gereja Katolik di Sandai memiliki akar yang panjang dan penuh semangat pelayanan. Antara tahun 1911 hingga 1917, para misionaris Katolik memulai misi mereka di Sandai dengan mendirikan sebuah sekolah Tionghoa dan rumah guru. Sekolah tersebut hadir berkat kehadiran seorang guru Katolik (sinshe atau sinsang) bernama Ng Song Po. Sayangnya, setelah beliau kembali ke Tiongkok, sekolah tersebut ditutup.
Sejak saat itu, umat Katolik di Sandai menjadi bagian dari wilayah tanggung jawab Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Randau yang diresmikan pada tahun 1948. Beberapa misionaris yang pernah melayani di Randau antara lain Pater Augustinus Dullaert, CP (1948–1952) dan Pater Plechelmus Dullaert, CP (1948–1950).
Dalam perkembangan pastoral selanjutnya, Sandai ditetapkan sebagai stasi di bawah Paroki Salib Suci Menyumbung pada 10 Juni 1961. Paroki ini melayani wilayah yang luas, mencakup Sandai hingga Hulu Keriau (termasuk Bengaras), serta sepanjang aliran Sungai Bihak sampai ke Lubuk Kakap.
Dua wilayah pedalaman yang menjadi stasi di bawah reksa pastoral Sandai kala itu adalah Sekukun dan Sungai Kiri. Para misionaris juga menjalin relasi dengan umat setempat, salah satunya adalah A. Sjong, seorang Katolik Tionghoa asal Sandai yang memiliki warung di Sekukun.
Perayaan Natal tahun 1973 menjadi momen penting dalam sejarah Gereja Sandai. Perayaan tersebut dihadiri oleh Bapa Uskup, Suster Desideria, Suster Margareta, dan Bruder Nikolas. Dalam kesempatan itu, Bapa Uskup berjanji untuk membangun sebuah gereja di Sandai. Tanah seluas dua hektar yang sebelumnya merupakan kebun karet milik Ny. Hang Meng pun dibeli dan dijadikan lokasi pembangunan. Gereja pertama akhirnya berdiri pada tahun 1979.
Menurut laporan Bapak Y. Tukiman Hadisusilo, staf Kesekretariatan Keuskupan Ketapang, Sandai menjadi praparoki di bawah Paroki Menyumbung pada Januari 1989.
Hari ini, 5 Mei 2025, kita bersyukur atas peresmian bangunan baru Gereja Santo Gabriel Sandai—sebuah tonggak sejarah dan bukti nyata pertumbuhan umat Katolik di wilayah ini.
Demikian sekelumit sejarah perkembangan Gereja Katolik di Sandai. Terima kasih kepada Bapak Amon Stefanus dan Bapak Ferry atas dukungan referensi dan foto yang memperkaya tulisan ini.
Ketapang, 5 Mei 2025, dr. Simon Yosonegoro Liem, Sp.MK, MH Kes. Penulis buku @ketapangjadul (HN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar